Social Icons

Selasa, 26 Juni 2012

TKI dan Ramadhan


            Bulan ramadhan ialah bulan yang memilki keutamaan tersendiri dari bulan-bulan yang lainnya, bulan yang satu ini merupakan moment yang sangat tepat bagi setiap muslim dan muslimah dalam meningkatkan amal shaleh dan ketaatan. Niscaya Allah akan memberikan ganjaran bagi mereka yang senantiasa mengerjakan amal shaleh. Saudara dan saudirku yang semoga dirahmati Allah marilah kita jadikan bulan ramadhan sebagai lahan untuk kita bercocok tanam dalam rangka menunaikan kewajiban seorang hamba kepada Rabb-nya yaitu beribadah kepada-Nya dengan mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Mungkin saja pada bulan-bulan yang telah lalu baik disadari atau tidak, kita sangat jauh dari mendekatkan diri kepada Allah dan sangat gemar dalam menjerumuskan diri ini dalam kubangan dosa dan kemaksiatan kepada-Nya.  

            Saudara saudariku yang semoga dirahmati Allah, jika kita perhatikan sikap sebagian kaum muslimin dalam menyikapi datangnya bulan ramadahan ini sangat beebeda-beada. Sebagaian dari mereka ada yang gembira dan semangat dengan datangnya bulan ramadhan. Sebagian lagi bersikap sebaliknya, tidak semangat dan bermalas-malasan ketika ramadahan tiba dikarenakan segala aktivitasnya baik beribadah maupun bekerja akan ia lakukan dalam keadaan berpuasa.
            Sejatinya sebagai seorang muslim memiliki etos kerja yang tinggi dalam setiap waktu dan tempat tentunya diiringi dengan kejujuran dalam mengemban suatu amanah yang dibebankan kepada dirinya berupa pekerjaan misalnya. Hendaknya bulan ramadhan bukan menjadi alasan bagi kita dalam menurunkan intensitas kerja dan bermalas-malasan dalam bekerja disertai turunnya volume dalam beribadah kepada Allah. Padahal jika kita ingin menelaah kembali dalam bingkai sejarah islam bahwa rasulullah shallahu alaihi wasallam beserta sahabatnya radhiallahu ‘anhum berperang pada peperangan Badr dan Fathu Makkah dikala bulan ramadhan. Dari sini kita dapat ambil ibrah atau pelajaran bahwa mereka tidak menjadikan bulan ramadhan sebagai penghalang untuk bermalas-malasan dalam beribadah kepada Allah.
            Berikut ini ada beberapa kiat-kiat yang semoga dapat meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah dalam bulan ramadhan dan tentunya tanpa mengenyampingkan rutinitas sehari-hari. Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Amien.

1.                  Niat Ikhlas dalam melaksanakan ibadah
                        Salah satu hikmah diciptakan jin dan manusia ialah dalam rangka beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dalam beribadah kepada Allah seorang mukmin dituntut agar menghadirkan niat ikhlas hanya kepada-Nya. Mengikhlaskan niat merupakan salah satu pilar yang sangat penting dalam segala jenis ibadah yang dilakukan seorang hamba kepada Rabb-nya yaitu Allah subhanhu wa ta’ala. Bahkan niat merupakan salah satu syarat diterimanya amal ibadah. Oleh karena itu, hendaknya seseorang yang hendak melaksanakan amal ibadah kepada Allah yang pertama harus ia lakukan ialah menghardikan niat ikhlas kepada Allah dalam hatinya disamping itu pula hendaknya amalan yang ia lakukan sesuai dengan petunjuk rasulullah shallahu alaihi wasallam atau yang dikenal dengan Mutaba’ah. Allah berfirman:
  وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” (Q.S. Al-Bayyinah : 5)
                Rasulullah shallau alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya amalam tergantung niatnya”( Bukhari dan Muslim).
                        Seorang mukmin dalam berpuasa hendaknya ia tidak hanya sekedar menahan dirinya dari lapar, dahaga dan segala yang dapat membatalkan atau merusak ibadah puasanya namun hendaknya ia niatkan hal-hal tersebut dalam rangka taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah. Salah satu faedah niat ialah membedakan antara kebiasaan dan ibadah. Misalnya: ada dua orang yang sama-sama menahan diri dari lapar orang pertama menahan dirinya dari lapar dalam rangka menurunkan berat badan atau memang sudah menjadi suatu kebiasaan dia menahan dirinya dari rasa lapar sedangkan orang yang kedua menahan dirinya dari lapar dalam rangka ibadah puasa karena Allah subhanahu wa ta’ala dan tentunya puasa tersebut mesti sesuai petunjuk rasululah shallahu alaihi wasallam. Dari contoh diatas dapat diketahui hasil dari masing-masing mereka, yang pertama tidak mendapatkan kecuali apa yang ia inginkan dan yang kedua ia akan mendapatkan ganjaran pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala karena ia meniatkan dalam rangka ibadah puasa karena Allah dan mengikuti petunjuk rasulullah shallahu alaihi wasallam.     

2.                  Mengetahui keutamaan-keutamaan puasa khususnya puasa pada bulan ramadhan
                                    Jika seseorang mengetahui keutamaan puasa khususnya puasa pada bulan ramadhan maka hal ini dapat memotivasi dirinya untuk bersegera dalam menunaikan ibadah yang satu ini. Sebaliknya jika seseorang tidak mengetahui keutamaan yang ada didalamnya bagaimana ia akan semangat dan bersegera dalam menunaikan ibadah puasa. Mungkin yang ada dibenaknya hanya lapar dan dahaga yang ia rasakan serta berharap waktu berbuka segera datang. Diantara keutamaan berpuasa ialah:
a.       Bahwa puasa ramadhan merupakan sebab diampunkannya dosa dan sebagai penebus kesalahan-kesalahan. Sebagaimana sabda rasulullah shallahu alaihi wasallam:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa ramadhan didasari atas keimanan dan mengharapkan (ganjaran pahala) niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R. Bukhari).
            Syaikh Muhammad ibn Shaleh al-Utsaimin rahimahullah berkata: (berpuasa) yang dasari atas keimanan kepada Allah, ridha terhadap kewajiban puasa yang dibebankan kepadanya, mengharapkan ganjaran dan pahala dari Allah, tidak adanya rasa kebencian dalam menjalani kewajiban tersebut serta tidak tidak ada keraguan dalam ganjaran pahala yang Allah janjikan kepadanya. Sungguh Allah subhanahu wa ta’ala akan mengampuni dosanya. (Majlis Syahr Ramadhan/24).
            Dalam hadits lain, beliau shallahu alaihi wasallam juga pernah bersabda:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Shalat lima waktu, jum’at ke jum’at berikutnya, ramadhan ke ramadhan berikutnya merupakan penghapus dosa-dosa selama masih meninggalkan dosa-dosa besar.” (HR. Muslim).
b.      Bahwa ganjaran pahala puasa tidak terikat dengan bilangan tertentu akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan pahala tersebut tanpa batas atau perhitungan tertentu. Sebagaimana terdapat didalam hadits qudsi yang artinya:
Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: Allah berfirman: setiap amalan anak Adam untuknya kecuali puasa, sesungguhnya Aku (Allah) yang akan memberikan ganjaran pahala kepadanya.....” (Bukhari dan Muslim).
            Dalam riwayat lain: Setiap amalan anak Adam untuknya pada setiap kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: kecuali puasa sesunguhnya (puasa) itu untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan ganjaran kepadanya, ia meninggalkan syahwat dan makannya karena Aku” (H.R. Muslim).
            Dari dua riwayat diatas dapat diambil pelajaran bahwa Allah mengkhususkan puasa untuk diri-Nya sebagaimana tidak terdapat pada amal shaleh lain. Yang demikian itu dikarenakan kedudukan orang berpuasa memiliki keutamaan disisi-Nya, rasa cintanya terhadapa Allah dan adanya rasa ikhlas kepada Allah subahanahu wa ta’ala dalam menjalankan ibadah puasanya. Puasa merupakan rahasia antara dirinya dengan Rabb-nya yaitu Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak ada yang dapat mengetahui kecuali Dia.
               Pahala amal shaleh (selain puasa) akan dilipatgandakan dengan hitungan atau bilangan, setiap kebaikan akan menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat dan lebih dari itu. Adapun puasa, sesungguhnya Allah mengidhafahkan antara ganjaran pahala kepada diri-Nya tanpa adanya batasan bilangan tertentu sehingga ganjaran pahala yang akan di raih oleh orang yang berpuasa sangat banyak tanpa adanya batasan. 
c.       Bahwa puasa dapat memberikan syafaat kepada pelakunya (orang yang berpuasa). Sebagaimana sabda rasulullah shallahu alaihi wasallam:
الصيام والقرآن يشفعان للعبد يوم القيامة يقول الصيام أي رب منعته الطعام والشهوة فشفعني فيه ويقول القرآن منعته النوم بالليل فشفعني فيه قال فيشفعان
“Puasa dan Al-Quran akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: Ya Rabb aku telah menghalanaginya dari makan dan syahwat maka berikanlah aku syafaat untuknya. Al-Quran berkata: Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari maka berikanlah syafaat kepadaku untuknya”. (H.R. Ahmad, At-Thabrani dll. Syaikh Al-Albani berkata: Hasan Shahih). (Diringkas dari Majlis Syarh Ramadhan karya Syaikh Muhammad ibn Shaleh al-‘Utsaimin rahimahullah/24-28).
            Dan masih banyak keutamaan-keutamaan puasa yang lainnya.
3.                  Bersungguh-sunguh dalam memanfaatkan waktu
                                    Sesungguhnya waktu merupakan sesuatu sangat berharga dalam kehidupan seorang muslim. Akan tetapi sebagian orang tidak menyadari betapa berharganya sebuah waktu dalam kehidupan. Namun ketika sakit menyapa dirinya, usia semakin menua atau sakaratul maut menghampirinya barulah ia sadar betapa berharganya waktu. Tidaklah akan bergerak kedua kaki seorang hamba dihadapan Rabb-nya (pada hari kiamat) hingga ia ditanya tentang empat hal. Diantaranya tentang usianya untuk apa ia lalui dan masa mudanya untuk apa ia gunakan. Dalam bulan ramadhan ini hendaknya kita bersunguh-sunguh dalam memanfaatkan waktu yang ada dalam rangka beribadah kepada Allah. Dalam hal ini tentunya kita tidak mengenyampingkan tugas dan kewajiban kita sehari-hari bekerja misalnya. Kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri bahwa pada bulan ramadhan sebagian dari kita memiliki pekerjaan yang lebih ringan dibandingkan bulan-bulan lainnya maka hendaknya ia benar-benar memanfaatkan waktu yang ada dan hendaknya tidak menghabiskan waktu tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat. Sebaliknya sebagian dari kita memiliki tugas dan pekerjaan yang lebih berat dan memakan waktu lebih banyak jika dibandingkan bulan-bulan lainnya. Hendaknya mereka pun memanfaatkan waktu yang tersisa untuk hal-hal yang bermanfaat. Allah berfirman:
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
            “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan     nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Q.S. Al-‘Ashr :1-3).
                        Dalam sebuah riwayat, rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
            “Gunakanlah dengan baik lima perkara sebelum datang lima perkara (yang lain): masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum fakirmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu dan hidupmu sebelum datang matimu” (H.R. Al-Hakim, Al-Baihaqi. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’/1077).
                                    Bagi kaum wanita atau mereka yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga bisa ia manfaatkan             waktu dengan baik. Contoh: ketika memasak atau membersihkan rumah ia bisa sambil mendengerkan murattal al-Quran atau kajian islami melalui radio/kaset/mp3 dan lain-lain. Tentunya yang perlu diperhatikan dalam hal ini jangan sampai membuatnya lengah dan terlena akan tugasnya atau sampai menggangu aktivitas bekerja atau mengganggu orang disekitarya. Jika tidak memungkinkan, minimal ia bisa menggerakkan dan membahasi lisannya dengan berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
                        Begitu pula kaum laki-laki atau mereka yang bekerja sebagai driver bisa ia manfatkan waktu             ketika menunggu kafil sedang berbelanja, daripada melamun dan menghayal yang tidak karuan atau memandang sesuatu yang tidak layak untung dipandang bahkan bisa masuk kedalam kategori yang diharamkan maka alangkah baiknya jika ia gunakan waktu tersebut untuk membaca al-Quran tentunya tanpa menggangu aktivitas kerja. Jika tidak memungkinkan, minimal ia menggerakkan dan membasahi lisannya dengan berdzikir kepada Allah.
                        Diantara hal-hal yang dapat seseorang lakukan dalam memanfaatkan waktu (diluar jam kerja)             ialah:
a.       Menambah khazanah ilmu dengan cara membaca buku atau majalah islami
b.      Mendengarkan kajian islami melalui radio/kaset/mp3
c.       Mendatangi majlis ilmu atau majlis ta’lim di Islamic Centre atau jaliyat terdekat. Dll.
4.                  Meningkatkan volume ibadah
                        Sebagaimana kita ketahui bahwa bulan ramadahan ialah bulan yang memilki keistimewaan             diantaranya: Allah akan melipatgandakan ganjaran pahala bagi setiap hamba-Nya yang mengerjakan amal shalih. Oleh karena itu hendaknya kita bersungguh-sungguh dalam meningkatkan ibadah kepada Allah. Diantra ibadah- ibadah yang dapat kita lakukan ialah:
a.         Berpuasa didasari keimanan dan mengharapkan palaha dari Allah
       Berpuasa dalam bulan ramadhan merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baligh, berakal dan mampu. Puasa ramadahan merupakan salah satu rukun dari rukun islam yang lima. Oleh karena itu, hendaknya setiap kita bersunguh-sungguh dalam menjalankan ibadah yang satu ini dengan didasari keimanan kepada Allah dan mengharapkan ganjaran pahala dari-Nya. Dan hendaknya kita tidak menganggap remeh masalah puasa ini dengan sengaja membatalakan puasa tanpa ada udzur syar’i. Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
b.        Membaca Al-Quran
            Al-Quran ialah perkataan Allah yang turunkan kepada nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam melalui perantara malaikat Jibril dan merupakan termasuk kategori ibadah bagi yang membacanya. Jika kita ingin mengintrospeksi diri, mungkin ada diantara kita yang sangat kurang dalam menyempatkan dirinya untuk membaca Al-Quran ini baik disebabakan karena kesibukan, sifat malas yang ada pada diri ini atau sebab-sebab lainnya. Oleh karena itu, marilah kita jadikan kegiatan membaca Al-Quran ini sebagai rutinitas sehari-hari dalam kehidupan kita baik di bulan ramadhan maupun di luar ramadhan. Ketahuilah wahai saudara dan saudariku yang semoga dirahmati Allah bahwa mempelajari, membaca dan mentadaburi Al-Quran  memiliki keutamaan yang sangat banyak sekali diantaranya: orang yang mahir atau pandai dalam membaca Al-Quran niscaya mereka kelak akan dikumpulkan bersama para Malaikat. Lantas bagaimana dengan mereka yang terbata-bata atau merasa kesulitan dalam membaca Al-Quran? Jauhkanlah rasa malu dan minder, Niscaya mereka akan mendapatkan dua pahala, pahala membaca Al-Quran dan pahala kesulitan yang ia jumpai ketika membacanya. Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:
الَّذِيْنَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ فِيْهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِيْنَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ شَاقٌّ عَلَيْهِ لَهُ أَجْرَانِ
“Seseorang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir, ia bersama malaikat yang diutus, yang mulia lagi senantiasa berbuat taat. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan kesulitan akan mendapatkan dua pahala”. (Bukhari dan Muslim)
       Dalam hadits yang lain rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا ، لاَ أَقُولُ الْم حَرْفٌ ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Quran), dia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Tidaklah aku mengatakan alif lam mim satu huruf. Bahkan, alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. at-Tirmidzi no. 2910, disahihkan oleh al-Imam al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi)
c.         Menjaga shalat lima waktu secara berjamaah di masjid
       Shalat merupakan rukun islam yang kedua setelah syahadatain atau dua kalimat syahadat. Barangsiapa yang berpuasa akan tetapi tidak mengerjakan shalat, bagaimana puasa tersebut akan bermanfaat baginya sedangkan ia meninggalkan kewajiban yang lain yaitu shalat. Rasulullah shallahu alaihi wasaallam bersabda:

بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ.

            “Jaraka antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran ialah menginggalkan shalat”. (H.R.             Muslim).
                        Dalam sabda beliau shallahu alaihi wasallam yang lain:

الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

            “Perjanjian yang ada diantara kami dengan mereka (kafir) ialah perihal shalat, barangsiapa yang             meninggalkannya sungguh ia telah kafir” (H.R. At-Turmudzy dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam             Shaihul jami’/4143).
       Adapun shalat berjamaah dimasjid merupakan syiar yang memiliki kedudukan sangat tinggi dalam islam dan merupakan salah satu ibadah yang sangat mulia disisi Allah. Ditinjau dari segi hukum tentang shalat berjamah, wallahu a’alam pendapat yang kuat ialah pendapat yang mengatakan bahwa shalat berjamaah wajib hukumnya bagi laki-laki mukallaf (baligh dan berakal).
       Ketahuilah wahai saudaraku bahwa shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirian dengan dua puluh derajat. Dalam riwayat lain dua puluh lima derajat. Sebagaimana sabda rasulullah shallahu alaihi wasallam:
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً          
“Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat” (H.R. Muslim).
Dalama riwayat lain:
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ أَحَدِكُمْ وَحْدَهُ بِخَمْسَةٍ وَعِشْرِينَ جُزْءًا
“Shalat berjamaah lebih utama dari shalat shalat seorang diantara kalian secara sendiri dengan dua puluh lima bagian” (H.R. Muslim).
d.      Shalat tarawih didasari keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah
       Saudaraku yang dirahmati Allah ketahuilah bahwa shalat tarawih hukumnya sunnah berdasarkan kesepakatan para ulama. Shalat tarawih ialah shalat yang dilakukan di bulan ramadhan atau lebih kita kenal dengan shalat tahajjud ketika berada di luar ramadahan. Sebagai seorang muslim hendaknya kita semangat dalam shalat tarawih ini dengan didasari keimanan kepada Allah dan mengharapkan pahala dari Allah. Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:

 مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang beribadah pada malam hari bulan ramadhan karena iman dan mengharap pahala maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
       Alangkah baiknya jika shalat tarawih ini jika dilakukan secara berjamaah.  Karena barangsiapa yang melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah atau bersama imam maka akan dituliskan baginya seakan-akan ia shalat selamam suntuk. Sebagaimana sabda rasulullah shallahhu alaihi wasallam:
إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
“Sesungguhnya seseorang jika shalat bersama imam sampai dia selesai maka dihitung baginya pahala shalat sepanjang malam”. (HR. Abu Daud dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 1615).
Penutup dan kesimpulan
       Saudara dan saudariku yang semoga diberkahi oleh Allah ketahuilah bahwa amal ibadah yang kita lakukan tidak hanya terbatas pada bulan ramadahan saja namun hendaknya hal tersebut kita lakukan secara terus-menerus sepanjang tahun. Berusahalah melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah ialah amalan yang dilakukan secara terus menerus walaupun sedikit.
                        Diakhir pembahasan kami mewasiatkan kepada diri kami pribadi dan pembaca sekalian yang semoga dirahamati oleh Allah agar senatiasa bertaqwa kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya serta kembali kepada-Nya. Kita menyadari bahwa setiap manusia memilki kesalahan, kekurangan, dan melakukan dosa kepada Allah. Namun sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan yaitu mereka yang segera kembali kepada ampunan Rabb-Nya dengan bertaubat dan beristighfar dari segala kesalahan dan dosa. Sesungguhnya Allah selalu membuka pintu taubat kepada hamba-hamba-Nya selama pintu tersebut belum tertutup dengan datangnya ajal manusia dan terbitnya matahari dari tempat terbenamnya. Sekali-kali janganlah kita merasa putus asa dari rahmat Allah, karena Dia sangat membenci terhadap orang-orang yang berputus asa dari rahmat-Nya. Semoga Allah menerima amal ibadah yang kita lakukan sebagai bekal ketika menghadap-Nya. Wallahu a’lam bis shawab.
                        Washallahu wa sallam ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa man tabi’ahum bi ihsan ila yaumil qiyamah. (Hari Febriansyah bin Sulasman bin Supardi).







0 komentar:

Posting Komentar