Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa mengikuti jejak langkah beliau hingga akhir zaman. Kita memohon kepada Allah agar menganugrahi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua.
1. Bulan Rajab termasuk bulan haram
Bulan Rajab terletak antara bulan Jumadal Tsaniyah dan Sya’ban. Sebagaimana bulan Muharram juga merupakan bulan-bulan haram. Allah berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri”. (Q.S At-Taubah : 36).
Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah mengatakan : Allah subhanahu wa ta’ala mengkahabarkan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi dan penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar pada orbitnya dan Allah menciptakan apa-apa yang ada dilangit dari matahari, rembulan, bintang-bintang dan menjadikan matahari dan bulan berputara pula pada orbitnya, dari keduanya muncullah kegelapan malam dan terangnya siang. Dari sejak itulah Allah menjadikan dalam setahun berjumlah dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal. Maka hitungan tahun dalam syariat islam ditentukan dari pergerakan bulan dan munculnya bulan bukan dengan pergerakan dan perpindahan matahari sebagaimana yang dilakukan Ahli Kitab. (Lathaiful Ma’arif /202).
Kemudian bulan apa saja yang termasuk kedalam bulan-bulan haram....? Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda:
إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”(H.R. Bukhari dan Muslim).
2. Hal-hal yang berkenaan dengan bulan rajab
a. Mengkhusukan shalat tertentu dan shalat raghaib
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, ketahuilah bahwasanya shalat merupakan salah satu ibadah yang penting dalam agama islam dan sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ibadah yang dilakukan seseorang mesti berdasarkan dalil yang shahih baik Al-Quran dan hadits nabi shallahu alaihi wasallam. Adapun shalat tertentu atau shalat yang dikhususkan pada bulan rajab tidaklah disyari’atkan dalam agama islam begitu pula dengan shalat yang dinamakan shalat raghaib.
Shalat raghaib merupakan ibadah yang di ada-adakan (perkara baru) dalam agama islam. Yang mana shalat tersebut di lakukan pada malam jum’at pertama dari bulan rajab antara shalat maghrib dan isya, yang didahului dengan puasa pada hari kamis-nya (yaitu pada hari kamis pada bulan rajab). Dasar yang dijadikan dalil oleh meraka yang mengerjakannya merupakan hadits maudu’ (palsu) yang disandarkan kepada rasulullah shallahu alahi wasallam. Hadits palsu tersebut ialah:
عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " رجب شهر الله وشعبان شهرى ورمضان شهر أمتى. قيل: يا رسول الله ما معنى قولك رجب شهر الله ؟ قال: لانه مخصوص بالمغفرة، وفيه تحقن الدماء، وفيه تاب الله على أنبيائه، وفيه أنقذ أولياءه من يد أعدائه. من صامه استوجب على الله تعالى ثلاثة أشياء: مغفرة لجميع ما سلف من ذنوبه، وعصمة فيما بقى من عمره، وأمانا من العطش يوم العرض الاكبر. فقام شيخ ضعيف فقال: يا رسول الله إنى لاعجز عن صيامه كله، فقال صلى الله عليه وسلم: أول يوم منه، فإن الحسنة بعشر أمثالها، وأوسط يوم منه، وآخر يوم منه، فإنك تعطى ثواب من صامه كله، لكن لا تغفلوا عن أول ليلة في رجب، فإنها ليلة تسميها الملائكة الرغائب، وذلك أنه إذا مضى بك الليل لا يبقى ملك مقرب في جميع السموات والارض إلا ويجتمعون في الكعبة وحواليها، فيطلع الله عز وجل عليهم إطلاعة فيقول: ملائكتي سلونى ما شئتم، فيقولون يا ربنا حاجتنا إليك أن تغفر لصوام رجب، فيقول الله عزوجل: قد فعلت ذلك. ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: وما من أحد يصوم يوم الخميس أول خميس في رجب، ثم يصلى فيما بين العشاء والعتمة، يعنى ليلة الجمعة، ثنتى عشرة ركعة، يقرأ في كل ركعة فاتحة الكتاب مرة، وإنا أنزلناه في ليلة القدر ثلاث مرات، وقل هو الله أحد اثنتى عشرة مرة، يفصل بين كل ركعتين بتسليمة، فإذا فرغ من صلاته صلى على سبعين مرة، ثم يقول: اللهم صل على محمد النبي الامي وعلى آله، ثم يسجد فيقول في سجوده: سبوح قدوس رب الملائكة والروح سبعين مرة، ثم يرفع رأسه فيقول: رب اغفر لي وارحم وتجاوز عما تعلم إنك أنت العزيز الاعظم سبعين مرة، ثم يسجد الثانية فيقول مثل ما قال في السجدة الاولى، ثم يسأل الله تعالى حاجته، فإنها تقضى. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: والذى نفسي بيده ما من عبد ولا أمة صلى هذه الصلاة إلا غفر الله تعالى له جميع ذنوبه وإن كانت مثل زبد البحر وعدد ورق الاشجار، وشفع يوم القيامة في سبعمائة من أهل بيته، فإذا كان في أول ليلة في قبره جاءه بواب هذه الصلاة، فيجيبه بوجه طلق ولسان ذلق، فيقول له: حبيبي أبشر فقد نجوت من كل شدة، فيقول: من أنت فوالله ما رأيت وجها أحسن من وجهك، ولا سمعت كلاما أحلى من كلامك، ولا شممت رائحة أطيب من رائحتك، فيقول له: يا حبيبي أنا ثواب الصلاة التى صليتها في ليلة كذا في شهر كذا، جئت الليلة لاقضى حقك، وأونس وحدتك، وأرفع عنك وحشتك، فإذا نفخ في الصور أظللت في عرصة القيامة على رأسك، وأبشر فلن تعدم الخير من مولاك أبدا
“Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: “bulan rajab ialah bulannya Allah, sya’ban ialah bulanku dan ramadhan ialah bulan umatku. Kemudian ada yang bertanya: Ya Rasulullah apa yang dimaksun dengan bulannya Allah? Beliau menjawab: karena pada bulan tersebut dikhususkan untuk mengampunan (dosa), didalammnya (dilarang adanya) pertumpahan darah, didalamnya bahwa Allah para nabi-Nya, didalamnya bahwa Allah menyelamatkan para wali-Nya dari musuh-musuh mereka. Barangsiapa yang didalamnya (bulan rajab) maka Allah akan memberikannya tiga hal: (pertama), ampunan dari dosanya yang telah lalu, (kedua), ia akan dijaga (oleh Allah) dari umurnya yang tersisa, (ketiga), ia akan dicukupkan dari dahaganya ketika hari kiamat. Kemudian bangunlah seseorang yang renta tua lagi lemah dan berkata: Ya Rasulullah, bahwasanya saya merasa lemah atau tidak kuta jika harus puasa seluruhnya (sebulan penuh), kemudian rasulullah bersabda: (puasalah) pada hari pertama darinya (dari bulan rajab), sesnugguhnya kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat, (puasalah) pertengahan darinya, dan (puasalah) akhir darinya, maka sesungguhnya engkau akan ganjaran pahala puasa sebulan penuh. Akan tetapi jangalah kalian lengah dari malam pertama dari bulan rajab, sesungguhnya malam tersebut para malaikat menyebutnya raghaib, sesunggguhnya jika malam tersebut melalui kalian tidak seorangpun dari para malaikat berada di lapisan langit dan bumi kecuali mereka telah berkumpul di ka’bah dan sekitarnya, kemudian Allah menamppakkan dirinya kepada mereka dan berfirman: Wahai para malaikatku, mintalah kepadaku apa-apa yang kalian inginkan, kemudian para malaikat tersebut berkata: Wahai Tuhan kami, bahwasanya yang kami butuhkan ialah Engkau mengampuni bagi mereka yang puasa pada bulan rajab, kemudian Allah berfirman: telah aku lakukan hal tersebut. Kemudian rasulullah bersabda: tidaklah seseorang berpuasa pada hari kamis pertama pada bulan rajab kemudian shalat antara isya dan al-atamah (pertengahan malam/akhir waktu shalat isya) yaitu pada malam jumat sebanyak dua belas rakaat, membaca pada tiap rakaatnya surat al-Fatihah sekali dan Inna anzalnahu fi lailatil qadr (surat al-Qadr) tiga kali dan Qul huwahullah ahad (surat al-Ikhlas) sebanyak dua belas kali, dan dipisahkan setiap dua rakaat atau salam setiap dua rakaat dan apabila telah selesai dari shalatnya maka membaca shalawat sebanyak tujuh puluh kali kemudian mengatakan: Allahumma shalli ‘ala Muhammad an-nabiyil ‘ummiy wa ‘ala aalihi, kemudian ia sujud dan mengucapkan dalam sujudunya: Subbuhun quddusun rabbul malaikati war ruuh (Maha suci Tuhannya para malaikat dan ruh (Jibril), sebanyak tujuh puluh kali, kemudian mengakat kepalanya dan berkata: Rabbigfirly warham wa tajawaz ‘amma ta’lam, innaka anta al-‘Aziz al-A’zdham ( Ya Tuhanku ampunillah aku, sayangilah aku, dan ...apa-apa yang Engkau ketahui, sesungguhnya Engkau Yang Maha Perkasa dan Maha Besar) sebanyak tujuh puluh kali, kemudian sujud untuk kedua kalinya dan mengucapkan seperti apa yang diucapkan pada sujud pertama, kemudian ia meminta kepada Allah tentang kebutuhannya, sesungguhnya akan dikabulkan. Kemudian rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, tidaklah seorang shalat seperti demikian kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya walau dosanya seperti buih di lautan dan bagaikan dedaunan di pohon, dan ia dapat memberikan syaf’at pada hari kiamat kepada tujuh ratus orang dari keluarganya. Apabila ia berada pada malam pertama di kuburnya maka akan datang kepadanya ganjaran atau pahala shalat tersebut, dan pahala tersebut akan menjumpainya dengan wajah yang berseri-seri dan ucapan yang lembut dan berkata kepadanya: wahai kekasihku aku kabarkan berita gembira (untukmu), bahwa engku telah selamat dari segala kesulitan, kemudian ia berkata: siapa engkau? Demi Allah tidaklah aku melihat wajah yang lebih menawan dari wajah mu dan tidaklah aku mendengar suara yang lebih merdu dari suaramu, dan tidaklah aku mencium bau yang lebih harum dari wangimu, kemudian ia berkata: Wahai kekasihku, kau adalah pahala shalat yang pernah engkau kerjakan pada malam itu dan bulan itu, aku datang pada malam ini untuk mengambulkan kebutuhanmu, aki akan menemani kesendirianmu, aki akan menghilangkan kegelisahan yang ada didalam dirimu, apabila sangkakala telah ditiup maka aku akan menaungimu pada hari kiamat, dan kabar gembira untukmu dan kamu niscaya tidak akan kehilangan kebaikan untuk selama-lamanya”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Jauziy dalam kitab Al-Maudhu’at jilid 2 hal. 124-125. Ibnul Jauziy berkata: hadits ini merupakan hadits maudhu'. Saya mendengar syaikh Abdul Wahhab al-Hafidz berkata: perawinya majhul (tidak tidak ketahui/tidak dikenal). Berkata Imam as-Syaukani dalam al-Fawaidul Majmu’ah hal. 47-48, ia berkata: hadits ini maudhu’ (palsu) dan perawi haditsnya tidak diketahui dan dikenal dan ini ialah shalat raghaib yang masyhur. Para ulama telah sepakat bahwa hadits ini ialah hadits maudhu’ (palsu).
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: Sungguh telah berbuat hal-hal yang baru dalam agama dengan membawakan hadits palsu tersebut sebagai motivasi bagi dirinya untuk melakukan shalat raghaib dan puasa padahal pada siang hari tersasa begitu panas, apabila berpuasa ia pastinya menahan dirinya dari makan hingga shalat maghrib, kemudian melakukan shalat maghrib lalu dilanjutkan dengan melakuakan shalat raghaib tersebut. Dan dishalat raghaib tersebut terdapat bacaan tasbih dan sujud yang panjang. Sungguh orang yang demikian merasa kesulitan pada saat itu. Sesungguhnya aku melihat mereka di bulan ramadhan dan tatkala mereka melaksanakan shalat tarawih akan tetapi tidak sama semagatnya seperti mereka melakukannya shalat raghaib ini ?!!!!. Namun shalat raghaib ini dikalangan orang awam sangat penting dan urgent. Sungguh orang-orang yang tidak pernah shalat berjamaah pun menghadirinya. (Al-Maudhu’at : jilid 2/125-126).
Shalat raghaib ini pertama dilakukan di Baitul Maqdis setelah 480 tahun setelah hijrah rasulullah shallahualaihi wasallam dan belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum masa itu. (Al-Bida’ al-Hauliyah: 242).
Al-Thurtusyi rahimahullah berkata: Dan tidak pernah diriwayatkan bahwa nabi Muhammad shallahu alahi wassalam melakukan shalat rahgaib tersebut, tidak pula para shabatnya, tabi’in dan ulama shaleh terdahulu rahimahumullah (Al-Hawadits wal Bida’/122).
b. Mengkhususkan puasa
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Adapun mengkhususkan bulan rajab dan sya’ban dengan puasa seluruhnya begitu pula i’tikaf, maka hal tersebut tidak pernah diriwayatkan dari nabi shallahu alaihi wasallam, para sahabatnya, dan tidak pula ulama muslimin. Bahkan telah terdapat dalam shahih (al-Bukhari dan Muslim) bahwa rasulullah shallahu alahi wasallam berpuasa pada bulan syaban. Dan beliau dalam setahun tidak pernah puasa dalam sebulan yang lebih banyak dari bulan syaban, yang demikian jika dibandingkan dengan bulan ramdhan. Adapun puasa pada bulan rajab secara khusus, maka seluruh haditsnya dhaif (lemah) bahkan maudhu’ (palsu) dan tidaklah para ulama menjadikan hadits-hadits tersebut sebagai sandaran atau dalil. Bahkan mayoritas hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan puasa pada bulan rajab adalah palsu dan dusta. (Majmu Fatawa 25/290-291).
Bahkan diriwayatkan bahwa Umar bin al-Khattab radhiallahu anhu pernah memukul tangan orang yang berpuasa pada bulan rajab apabila mereka mengangkat tangan mereka dari makanan (enggan memakannya) hingga mereka meletakkan tangan mereka pada makanan tersebut. Kemudian beliau berkata: Sesungguhnya bulan (rajab) ini ialah bulan yang diagungkan oleh orang jahiliyah (Al-Bida’ al-Hauliyah/234).
Tidaklah kita mengingkari bahwa puasa adalah junnah (tameng/pelindung), amal shaleh, dan ketaaatan kepada Allah namun tidaklah dimaksudkan denga adanya keutamaan-keutamaan pada bulan rajab ini. Jika ada yang mengatakan: bukankah puasa baik?, katakan kepadanya: barometer atau timbagan suatu itu dikatakan baik atau tidak, jika sesuai dengan syari’at nabi shallahu alaihi wasallam maka hal itu baik jika tidak berarti sebaliknya.
Kesimpulan dari pembahasan puasa pada bulan rajab ialah dimakruhkan jika terdapat tiga point dibawah ini:
1. Jika kaum muslimin mengkhususkan puasa terebut pada setiap tahunnya, sebagaimana yang dilakukan orang-orang awam yang kurang mengetahui syari’at yang mereka berpuasa sama seperti puasa ramadhan.
2. Seseorang meyakini bahwa puasa pada bulan rajab ini merupakan sunnah nabi shallahu alahi wassalam yang shahih.
3. Berkeyakinan bahwa adanya pahala dan ganjaran khusus bagi yang berpuasa pada bulan rajab yang tidak didapatkan pada bulan-bulan lainnya. (Al-Bida’ al-Hauliyah/235).
c. Peringatan isra mi’raj
Kapan terjadinya Isra dan Mi’raj .....? Dalam hal ini terdapat perbedaan antara ulama.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: bahwasanya tidak ada dalil yang pasti pada bulan tertentu, dan sepuluh hari tertentu dan kapan terjadinya. Bahkan yang dinukil (tentang) waktunya terdapat perbedaan dan tidak ada keterangan yang pasti. (Za’adul Ma’ad/1/57).
Ibnu Rajab berkata rahimahullah berkata: diriwayatkan pernah terjadi sesuatu yang besar pada bulan rajab akan tetapi (riwayatnya tidak sah). Diriwayatkan bahwa nabi shallahu alaihi wasallam dilahirkan diawal malam tersebut dan beliau di utus (menjadi rasul) pada tanggal dua puluh tujuh atau dua puluh lima dari bulan tersebut akan tetapi riwayat tersbeut juga tidak sah dan tidak otentik. (Lathaiful Ma’arif 1/168).
Abu Syamah rahimahullah berkata: para ahili kisah menyebutkan bahwa isra terjadi pada bulan rajab. Yang demikian dikatakan oleh ulama pengkritik rawi dalam hadits termasuk berita dusta. (Al-Baa’its/171).
Bagaiamana dengan hukum merayakan Isra dan Mi’raj.....?
Para ulama terdahulu yang shaleh sepakat bahwa menjadikan suatu perayaan/ibadah yang tidak pernah ada tuntunannya dalam islam merupakan perkara yang baru dalam agama dan diada-adakan dan tertolak amalannya. Bahkan nabi shallahu alaihi wassalam melarangnya. Beliau bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Jauhilah oleh kalian perkara baru (dalam agama), sesungguhnya setiap yang baru (dalam agama) ialah bi’dah dan setiap bi’dah ialah sesat. (H.R. Abu Dawud no. 4609).
Bahwa perayaan Isra dan Mi’raj merupakan perkara yang baru dalam agama yang para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama shaleh yang terdahulu mereka merupakan orang – orang yang sangat semangat dalam mengerjakan amal sahaleh akan tetapi tidak pernah diriwayatkan dari meraka bahwa mereka merayakan Isra dan Mi’raj ini.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Tidak pernah diketahui dari seorang pun dari kaum muslimin yang menjadikan malam Isra memiliki keutamaan yang tidak dimiliki pada malam-malam yang lain. Apalagi melebihi malam lailatul qadr. Dan tidak pula para sahabat nabi shallahu alaihi wasallam, para tabi’in yang mengkhususkan malam Isra dengan perkara-perkara tertentu. Oleh karena itu malam Isra tidak diketahui (kapan terjadinya).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Dan adapun menjadikan musim/perayaan yang tidak disyariatkan seperti: sebagian malam bulan Rabi’ul Awal yang lebih dikenal dengan malam kelahiran nabi (Maulid Nabi), sebagian dari malam-malam dibulan rajab, tanggal delapan dari bulan Dzulhijah, malam jum’at pertama dari bulan Rajab, tanggal delapan dari bulan Syawal yang dinamakan oleh orang-orang yang tidak berlimu sebagai hari rayanya orang-orang suci. Maka yang demikian itu bagian dari bid’ah yang tidak pernah para ulama yang shaleh menganjurkan dan melakukannya. Allah subhanahu wa ta’ala yang lebih mengetahui. (Majmu’ Fatawa 25/298).
d. Ucapan “Allahumma baarik lana fi rajab wa sya’ban wa balligna ramdhan”
Satu hal yang sering diucapkan kaum muslimin ketika menjelang masuknya bulan rajab meraka mengatakan: Allahumma baarik lana fi rajab wa sya’ban wa balligna ramadhan. Ketahuilah wahai saudaraku bahwa hadits yang dijadiakan sandaran tersebut ialah hadits lemah. Dari sahabat Anas bin Malik ia berkata:
أَنّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Sesungguhnya nabi shallau alaihi wasallam jika masuk bulan rajab berkata: Allahumma baarik lana fi rajab wa sya’ban wa balligna ramadhan”. (H.R. Ahmad dalam Musnad 1/259, Didhaifkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Dhaiful Jami’/4395).
Syaikh Syu’aib al-Arnauth rahimahullah berkata: Sanadnya dhaif (lemah). Didalamnya terdapat perawi yang bernama Zaidah bin abi Raqad. Imam al-Bukhari dan An-Nasa’i : ia seorang munkar al-hadits. Abu Dawud berkata: saya tidak mengetahui khabarnya (tentang dirinya).
3. Hadits-hadits seputar keutamaan bulan rajab
a. صوم أول يوم من رجب كفارة ثلاث سنين و الثاني كفارة سنتين و الثالث كفارة سنة ثم كل يوم شهرا
“Puasa pada hari pertama di bulan rajab sebagai kafarah/penebus (dosa) selama tiga tahun, dan hari keduanya sebagai kafarah/penebus (dosa) dua tahun dan hari ketiga sebagai kafarah/penebus (dosa) satu tahun kemudian setiap hari (sebagai kafarah/penebus dosa) dalam sebulan” (Hadits ini didhaifkan oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Dhaiful jami’/3500).
b. خمس ليال لا ترد فيهن الدعوة : أول ليلة من رجب و ليلة النصف من شعبان و ليلة الجمعة و ليلة الفطر و ليلة النحر
“Ada lima malam yang tidak akan ditolak doa’ didalamnya: malam pertama pada bulan rajab, malam nishfu sya’ban, malam jum’at, malam ‘idul fitri, malam nahr (idul adha)”.
Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: Hadits palsu, lihat kitab Dhaful Jami’/2852.
c. إن في الجنة نهرا يقال له : رجب أشد بياضا من اللبن و أحلى من العسل من صام يوما من رجب سقاه الله من ذلك النهر
“Sesungguhnya didalam surga terdapat sungai yang bernama rajab, sungai tersebut lebih pituh dari susu dan lebih manis dari madu, barangsiapa yang berpuasa pada bulan rajab maka Allah akan memberikan minum kepadanya”.
Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: Hadits palsu, lihat kitab Dhaiful Jami’/1902.
Dan masih banyak hadits-hadits lemah dan palsu yang menjelaskan keutamaan-keutamaan ibadah pada bulan rajab. Semoga hadits-hadits diatas bisa sebagai contoh tentang kelemahan dan kepalsuan hadits tentang keutamaa ibadah dibulan rajab.
4. Perkataan para ulama tenang bulan rajab
a. Ibnu Hajar al-‘Asqalaani rahimahullah berkata: Tidak ada keutamaan pada bulan rajab dan tidak pula adanya puasa tertentu pada bulan tersebut serta tidak pula adanya shalat khusus yang dilakukan pada malam tersebut yang bersumber dari dalil yang shahih sebagai hujjah atau landasan. (Tabyinul ‘Ajab/11).
b. Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata: Semua hadits yang menjelaskan tentang puasa pada bulan rajab dan shalat pada sebagian malamnya adalah hadits dusta. (Al-Manarul Munif/96).
Semoga penjelasan yang sangat ringkas ini dapat memeberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis pribadi secara khusus dan kamu muslimin secara umum. Kita memohon kepada Allah agar selalu membimbing kita diatas jalan-Nya yang lurus dan memberikan karunia ilmu yang bermanfaat serta amal shaleh yang kelak menjadi bekal kita ketika menghadap Allah subhanahu wa ta’ala di hari akhir nanti. Washallahu wa sallam ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa man tabi’ahum bi ihsan ila yaumil akhir. Wallahu a’lam.
Kamis, 10 Rajab 1433 H Unaizah- Qassim – Arab Saudi
Penulis: Hari Febriansyah bin Sulasman bin Supardi
Muraja’ah: Abu Salsabil Chaerul Anwar
0 komentar:
Posting Komentar