Social Icons

Kamis, 10 November 2011

TAUBAT KEPADA ALLAH

Setiap manusia tentunya pernah melakukan kesalahan, kekhilafan, kemaksiatan, perbuatan dosa dan hal-hal lainnya, baik kita sadari atau tidak kita sadari semua itu berseberangan dengan tuntunan agama yang mulia ini. Hendaknya sedini mungkin kita menyadari akan kekurangan yang ada pada diri kita dan yang mesti kita yakini bahwa Rabb kita Allah Maha Pengasih, Penyayang, Pengampun selalu membuka pintu taubat kepada hamba-hamba-Nya selama pintu taubat itu masih terbuka lebar bagi hamba-hamba-Nya.
Satu hal yang perlu diketahui bahwa taubat kepada Allah ialah sebuah perkara yang wajib dilakukan oleh seorang muslim,
karena Allah memerintahkan kepada sekalian manusia secara umum dan tidak hanya berlaku kepada pelaku dosa besar, seseorang yang dengan sengaja meninggalkan shalat, pezina, peminum khamer dan yang lain-lainnya bahkan termasuk orang-orang shaleh dan bertaqwa pun termasuk yang diperintahkan oleh Allah untuk bertaubat.
A. Pengertian Taubat
Taubat secara etimologi ialah berasal fi’l (kata kerja) taaba yatuubu yang bermakna kembali. Adapun secara terminologi ialah kembali dari kemaksiatan terhadap Allah kepada ketaaan terhadap-Nya.
B. Dalil-dalil yang mengisyaraktkan tentang wajibnya seseorang taubat kepada Allah.
Dalam Al-Quran
Allah berfirman:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya:”Dan bertaubatlah kalian kepada Allah wahai orang-orang beriman agar kalian beruntung”(Q.S. An-Nuur:31).
Dalam ayat lain:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
Artinya:”Dan mintalah ampun kepada Rabb(tuhan) kalian kemudian bertaubatlah”(Q.S. Huud:3).
Dalam ayat lain:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
Artinya:”Wahai orang-orang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat”(Q.S. At-Tahrim:8).

Dalam hadits Nabi shallahu alaihi wasallam
Rasulullah bersabda:
وَاللَّهِ إِنِّي لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
Artinya:”Demi Allah sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali”(H.R. Bukhari).
Dalam haditsnya yang lain beliau juga pernah bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، تُوبُوا إِلَى اللَّهِ ، فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّة
Artinya:”Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, sesungguhnya saya bertaubat (kepada Allah) seratus kali dalam sehari”(H.R. Muslim).

Perhatikanlah bagaimana Nabi kita yang mulia Rasulullah shallahua alaihi wasallam, beliau ialah sosok manusia yang telah diampuni dosa-dosanya oleh Allah ta’ala baik yang telah lalu maupun yang akan datang, akan tetapi apa yang beliau contohkan kepada umatnya? Beliau meminta ampun kepada Allah setiap harinya tidak kurang dari tujuh puluh hinnga seratus kali. Berapakah kita banyakkah kita memohon ampunan kepada Allah dalam sehari semalam? Apakah kita menjamin bahwa dosa-dosa kita diampuni yang telah lalu dan yang akan datang?
Apabila seseorang bertaubat kepada Allah ia akan mendapatkan dua faedah atau manfaat.
Pertama: Mentataati perintah Allah dan rasul-Nya, dan ketahuilah bahwa setiap apa-apa yang Allah dan rasul-Nya perintahkan maka itu ialah suatu kebaikan bagi manusia yang akan menghantarkannya kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kedua: Mengikuti tuntunan rasulullah shallahu alaihi wasallam, karena rasulullah bertaubat kepada Allah tdak kurang dari tujuh puluh hingga seratus kali dalam sehari.
C. Syarat-syarat taubat
Taubat memiliki syarat-syarat yang mesti dipenuhi oleh orang yang ingin bertaubat kepada Allah, diantaranya:
a. Ikhlas karena Allah. Hendaknya seseorang yang hendak bertaubat kepada Allah jujur dalam hatinya dan menghadapkan wajahnya kepada Allah dengan mengikhlaskan diri kepada-Nya. Dan wajib menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang dapat menafikkan keikhlasan kepada Allah.
b. Menyesal atas apa yang telah ia lakukan dari perbuatan maksiat, dosa, syirik dan lain-lain. Karena jika seseorang menyesali apa yang ia lakukan dari perbuatan dosa tersebut, ini termasuk indikasi bahwa dirinya benar-benar bertaubat kepada Allah.
c. Meninggalkan dosa. Sebagai contoh: jika seseorang tidak menunaikan zakat, maka ia mesti mengeluarkan zakat tersebut yang belum sempat di keluarkan pada masa yang lalu. Jika seseorang tidak berbakti kepada orang tua diantaranya tidak pernah berkunjung dan menziarahi keduanya, maka wajib baginya berbakti kepada orang tua dengan cara menziarahinya. Apabila ia berbuat dosa dengan melakukan perbuatan yang dilarang dalam agama islam, maka wajib baginya segera meniggalkan itu semua. Apabila ia mekukan penipuan dan dusta, jika berupa harta maka wajib baginya mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya dan jika berupa perkataan dusta, maka wajib baginya menjelaskan kepada orang lain apa yang ia katakan merupakan kedustaan. Jika sesorang telah bertaubat kepada Allah kemudian ia terus melakukan kemaksiatan dan dosa tersebut, maka ketahuilah taubatnya hanya sebagai permainan saja.
D. Tekad yang bulat dan niat yang kuat dari hati sanubari dan jiwa raganya bahwa dirinya enggan kembali melakukan kemaksiatan dan dosa tersebut pada hari-hari yang akan datang. Jika berniat jika ada kesempatan yang memungkinkan ia akan kembali seperti semula, maka dalam hal ini taubatnya kepada Allah tidak sah. Contoh: Seseorang meggunakan hartanya untuk membeli sesuatu yang dilarang agama (khomer, berjudi, berzina dll) –semoga Allah melindungi kita dari hal semacam ini- kemudian setelah beberapa waktu menjadi seorang yang fakir/miskin dan ia bertaubat kepada Allah akan tetapi dalam hatinya ada keinginan kembali seperti semula jika memiliki harta dikemudian hari.
E. Hendaknya seseorang yang bertaubat kepada Allah di masa-masa waktu diterimanya taubat, apabila dia bertaubat pada masa-masa yang tertutup baginya pintu taubat, maka taubat kepada Allah tidak bermanfaat sama sekali. Masa-masa taubat ini terbagi menjadi dua macam, diantaranya:
a. Masa atau waktu yang berlaku untuk perseorangan, yaitu sebelum datangnya maut/kematian. Allah berfirman:
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ
Artinya:”Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”(Q.S. An-Nisa’:18).
b. Masa atau waktu yang berlaku secara umum bagi semua manusia, yaitu sebelum terbitnya matahari dari tempat terbenamnya.

Unaizah, 01 Dzulhijjah 1432 H


Hari Febriansyah bin Sulasman Supardi

0 komentar:

Posting Komentar